MANAJEMEN
KONFLIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (١٢٥)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. (Q.S An-Nahl ayat 125)
Persamaan adalah prinsip mutlak dalam Islam dalam membina
hubungan sesama manusia tanpa melihat perbedaan seperti ditegaskan Rasulullah
SAW dalam hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik:
" الناس مستوون كاسنان المشط ليس لاحد
على أحد فضل الا بتقوى الله"
“(Asal usul) Manusia adalah sama, tidak obahnya seperti
gigi. Kelebihan seseorang hanya terletak pada ketaqwaannya kepada Allah SWT”.
Sebuah organisasi terdiri dari
berbagai macam komponen berbeda dan saling memiliki ketergantungan antara yang
satu dengan yang lainnya dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Konsep organisasi sebagai suatu
sistem yang berkaitan dengan sistem yang lebih besar menjelaskan peranan
balikan. Organisasi bergantung pada lingkungan tidak hanya untuk masukan tetapi
juga untuk penerimaan keluaran dalam konteks teori sitem, organisasi adalah
satu elemen dari sejumlah elemen yang berinteraksi secara interdepensi,
Organisasi memperoleh masukan dari sistem yang lebih besar yaitu lingkungan,
kemudian mengubah masukan menjadi bentuk/perilaku yang berbeda dari sebelumnya.
Dan lingkungan mempunyai beberapa karakteristik yaitu: masukan, proses tranformasi,
keluaran, batas wilayah (boundary), umpan balik, keterbukaan dan adaptasi.
Setiap organisasi memanfaatkan
berbagai macam energi dari lingkungan berupa SDM, teknologi, informasi,
kebutuhan pelanggan dan modal dengan menggunakan berbagai macam proses
tranformasi, maka organisasi merubah energi menjadi suatu hasil produksi, baik
yang berupa produk dan jasa.
Terjadinya
konflik dalam setiap organisasi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan.
Hal ini terjadi karena di satu sisi orang-orang yang terlibat dalam organisasi mempunyai
karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda beda. Di sisi lain adanya
saling ketergantungan antara satu dengan yang lain yang menjadi karakter setiap
organisasi. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan
dikendalikan dengan baik dapat menguntungkan organisasi sebagai suatu kesatuan.
Dalam menata konflik dalam organisasi diperlukan keterbukaan, kesabaran serta
kesadaran semua pihak yang terlibat maupun yang berkepentingan dengan konflik yang
terjadi dalam organisasi sehingga konflik pun tidak dapat dihindari oleh suatu
organisasi
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
definisi dan pandangan tentang konflik ?
2.
Apa
sajakah jenis-jenis dan factor-faktor penyebab timbulya konflik?
3.
Apakah
stategi yang digunakan dan penerapan manajemen konfik dalam organisasi ?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliyah Manajemen Pendidikan
2.
Sebagai
media pembelajaran mengenai manajemen konflik
3.
Mengetahui
konsep manajemen konflik,
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Konflik
Konflik secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses
interaksi sosial yang berlawanan dimana terdapat dua orang atau lebih, atau dua
kelompok atau lebih yang memiliki perbedaan dalam pendapat maupun tujuan mereka
dan menimbulkan pertentangan. Perbedaan yang dimaksud disini bisa berupa
ciri-ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat-istiadat, keyakinan dan lain
sebagainya yang kemudian dibawa dalam suatu interaksi sosial.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan baik segi pemikiran
atau kebijakan,
Menurut Daniel Webster yang ditulis di buku Peg
Pickering (2000), Mendefinisikan konflik sebagai persaingan pertentangan antara
pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain, atau keadaan perilaku yang
bertentangan, atau perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau
tuntutan yang bertentangan.
Menurut Robbins (1996) dalam “Organization
Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi
akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
Sedangkan menurut Luthans
(1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling
bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah
konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat,
persaingan dan permusuhan. Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan
keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan
pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan sangat erat hubungannya denga
konflik karena dalam persaingan,
Menurut Soerjono Soekanto
konflik adalah proses memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan
disertai ancaman atau kekerasan untuk tercapainya suatu keinginan yang hendak
dicapai,
B. Pandangan Tentang Konflik
Feldman, D.C. dan Arnold H.J. (1983:525)
perbedaan antara pandangan teradisional tentang konflik dan pandangan
kontemporer. Sementara Aldag R.J. dan Stearns T.M. (1987:415) Pandangan tentang
konflik yaitu pandangan tradisional dan pandangna pluralis.
Pandangan tradisional menganggap konflik
sebagai peristiwa yang negatif dan berusaha untuk meniadakan konflik. Sedangkan
pandangan kontemporer (baru) menganggap konflik tidak dapat dihindarkan, karena
kinerja organisasi yang optimal memerlukan konflik yang sedang.
Aldag R.J. dan Stearns T.M.
(1987:415) mengemukakan pandangan tradisional dan kontemporer tentang konflik
organisasi.
Pandangan tradisional konflik tidak
menguntungkan dan harus ditiadakan. Sedangkan pandangan kontemporer, konflik
itu baik dan harus didorong agar tetap muncul.
Konflik menurut
pandangan tradisional:
1. Adanya konflik sebagai pertanda
kelemahan manajer.
2. Konflik pertanda rendahnya perhatian
pada organisasi.
3. Pertentangan adalah negatif dan
merusak.
4. Konflik jika dibiarkan akan reda
dengan sendirinya.
5. Konflik harus dipecahkan.
Dampak negatif dari konflik pada
tahap awal menyebabkan stres dan mempengaruhi psikologis dan prilaku orang yang
mengalami. Pada tahap berikutnya konflik mempengaruhi prestasi organisasi
secara keseluruhan. Sedangkan dampak positif konflik adalah:
1. Dapat menimbulkan perubahan secara
konstruktif.
2. Segala daya dan motivasi tertuju
pada pencapaian tujuan,
3. Merangsang inovasi, meningkatkan ke
eratan kelompok.
4. Menggantikan tujuan yang tidak
relevan.
5. Manajemen konflik menguntungkan
organisasi.
6. Hubungan antara pribnadi dan antar
kelompok mendorong ke arah peningkatan kesehatan organisasi.
7. Konflik dapat mengurangi ketegangan
dalam bekerja.
Kesimpulannya konflik tidak selalu merugikan
organisasi selama bisa ditangani dengan baik sehingga dapat :
- mengarah ke inovasi dan perubahan
- memberi tenaga kepada orang bertindak
- menyumbangkan perlindungan untuk hal-hal dalam organisasi
- merupakan unsur penting dalam analisis sistem organisasi
C. Jenis –
jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner
dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal,
konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar
kelompok dan konflik antar organisasi
.
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal
adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada
waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya
terdapat hal-hal sebagai berikut:
- Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
- Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
- Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
- Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap
lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan
menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam
bentuk konflik intrapersonal yaitu :
- Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
- Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
- Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal
adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda
status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik semacam ini
akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang
tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai
contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok
kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok
dimana ia berada.
4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe
konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini
dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik
antar kelompok.
5. Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi
dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik,
dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan
pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk
baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber
daya secara lebih efisien.
Sedangkan menurut Robbins
jenis konflik dapat dibagi benjadi 2 macam : fungsional dan non fungsional
1. Konflik Fungsional
(Functional Conflict) adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok
dan memperbaiki kinerja kelompok
2. Konflik Non Fungsional
(Dysfunctional Conflict) adalah konflik yang merintangi tujuan kelompok,
Namaun batas yang
menentukan apakah suatu konflik fungsional atau non fungsioanal seringkali
tidak tegas (kabur) suatu konflik mungkin fungsional bagi satu kelompok tapi
tidak fungsional bagi kelompok yang lain, begitu pula konflik dapat fungsional
dalam waktu yang tertentu tetapi tidak fungsional diwaktu yang lain, sebab yang
membedakan adalah dampak terhadap kinerja kelompok bukan individu,
- Menurut Polak M. (1982)
1. Konflik antara kelompok
2. Konflik intern dalam kelompok
3. Konflik antar individu untuk mempertahankan hak dan kekayaan
4. Konflik intern individu untuk mencapai tujuan
- Menurut Soekanto S.
1. Konflik Pribadi
2. Konflik Rasial
3. Konflik antar kelas-kelas sosial
4. Konflik politik antar golongan-golongan dalam masyarakat
5. Konflik berskala internasional antar Negara
- Menurut Handoko T.H.
1. Konflik dalam diri individu
2. Konflik antar individu dalam organisasi
3. Konflik antar individu dengan kelompok
4. konflik antar kelompok
5. konflik antar organisasi
D. Foktor-Faktor Penyebab
Timbulnya Konflik
Penyebab
terjadinya konflik sangat bervariasi bergantung pada cara individu-individu
menafsirkan, mempersepsi dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan kerjanya.
Pendapat Deutsoh yang dikutip oleh Champbell R.F. Corbally J.E. dan Nystrand
R.O (1988:187) mengindentifikasikan sumber-sumber terjadinya konflik dikarenakan
adanya pengawasan yang terlalu ketat terhadap karyawan, persaingan untuk
memperebutkan sumber-sumber organisasi yang terbatas perbedaan nilai, perbedaan
keyakinan, dan persaingan antara kelompok/bagian.
Menurut Robbins (1998) konflik
muncul karena ada kondisi yang melatar belakanginya, kondisi tersebut yang
disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, yang terdiri menjadi 3 kategori
1.
Komunikasi yang buruk dapat menimbulkan kesalah fahaman
antara pihak – pihak yang terlibat dan dapat menjadi sumber terjadinya konflik
2.
Struktur / ukuran kelompok derajat spesialisasi diberikan
kepada anggota kelompok maupun pengelompokkan
3.
Variable Pribdi meliputi nilai yang dimiliki tiap-tiap
individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan
dan perbedaan dengan individu yang lain.
Schermerhorn merinci Antecedent
Condition menjadi 5 faktor
1.
Ketidak jelasan peranan atau peranan yang mendua
2.
Persaingan untuk mendapat sumberdaya yang terbatas
3.
Rintangan-rintang dalam komunikasi
4.
Konflik sebelumnya tidak terselesaikan
5.
Perbedaan individual
Kreitner dan Kinicki (1995:284-285)
merinci lagi Antecedent Condition menjadi 12faktor
1.
Keitdak cocokan kepribadian atau system nilai
2.
Batas-batas pekerjaan yang tidak jelas atau tumpang tindih
3.
Persaingan untuk memperoleh SDM yang terbatas
4.
Pertukaran informasi/komunikasi yang tidak cukup
5.
Saling tergantungan dalam pekerjaan
6.
Kompleksitas organisasi
7.
Peraturan-peraturan standart kerja, kebijakan yang tidak
jelas/masuk akal
8.
Batas waktu penyelesaian pekerjaan yang terbatas hingga sulit
untuk dipenuhi
9.
Pengambilan keputusan secara kolektif
10.
Pengambilan putusan melalui consensus
11.
Harapan-harapan yang tidak terpenuhi
12.
Tidak menyelesaikan dan bahkan menyembunyikan konflik
Oleh karena itu dibutuhkan manajer
atau pimpinan yang proaktif untuk mengidentifikasi keberadaan kondisi tersebut
dalam organisasinya, dan jika salah satu atau lebih dari kondisi itu muncul
maka dia harus langsung mengambil tindakan,
E.
Strategi dalam Manajemen Konflik
Untuk
menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri
dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk menangani
konflik antara lain :
1.
Introspeksi
diri
Bagaiman kita
biasanya menghadapi konflik ? Gaya pa yang biasanya digunakan? Apa saja yang
menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan sehingga kita
dapat mengukur kekuatan kita.
2.
Mengevaluasi
pihak-pihak yang terlibat.
Sangat penting
bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat
mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan
sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya
konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar
jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.
3.
Identifikasi
sumber konflik
Seperti
dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya
dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab
konflik.
Mengetahui pilihan penyelesaian atau
penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat. Spiegel (1994) menjelaskan
ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik :
a.
Berkompetisi
Gunakan metode
ini jika anda anda memilki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih
dibandingkan yang lain, atau anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda
b.
Menghindari
Konflik
Menghindari konflik dapat dilakukan jika masalah yang memicu
konflik tidak terlalu penting, atau potensi konfortasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya
c.
Mengakomodasi
Memberi
kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi memecahkan masalah khususnya
apabila masalah tersebut penting bagi orang lain
d.
Kompromi
atau Negosiasi
Masing-masing
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima
e.
Kolaborasi
Individu yang terlibat mempunyai tujuan yang sama, dan perlu adanya
komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung
f.
Pemecahan
Persoalan
Perlu adanya
proses dan pematangannya dengan mengumpulkan semua gagasan yang ada
g.
Musyawarah
Harus
ditentukan secara jelas apa yang sebenarnya menjadi persoalan, serta mengadakan
pembahasan untuk mendapatkan titik permasalahan
h.
Persuasi
Usaha
penanggulangan konflik dilakukan dengan menemukan kepentingan dan tujuan yang
lebih tinggi dari tujuan pihak-pihak yang tengah bertikai
i.
Meminta
bantuan pihak ketiga
Mengetahui
bidang apa pertikaiyan yang terjadi dalam kaitannya dalam konflik politik,
wewenang, hokum dan teknis pekerjaan dll.
j.
Peningkatan
interaksi dan komunikasi
Bahwa bila
pihak-pihak yang berkonflik dapat meningkatkan interaksi dan komunikasi mereka,
dan dapat lebih mengerti dan menghargai dasar pemikiran dan prilaku orang lain
k.
Melatih
kepekaan
Encounter session digunakan untuk menghadapi konflik antar kelompok
dengan cara pertukaran pendapat atau musyawarah hingga dapat mengeluarkan semua
ganjalan yang menjadi permasalahan
F.
Penerapan
Manajemen Konflik dalam Organisasi
Untuk menangani manajemen
konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak
yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain :
1.
Introspeksi diri
2.
Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat
3.
Identifikasi sumber konflik
4.
Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan
memilih yang tepat.
BAB III
PENUTUP
Konflik dapat terjadi dalam organisasi apapun. disebabkan oleh
banyak factor yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak
individu dan kelompok yang memiliki sifat dan tujuan yang berbeda satu sama
lain.Untuk itulah manajer atau pimpinan dalam organisasi harus mampu
mengelola konflik yang terdapat dalam organisasi secara baik agar tujuan
organisasi dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang menciptakan terjadinya
konflik.
Terdapat
banyak cara dalam penanganan suatu konflik. Manajer atau pimpinan harus mampu
mendiagnosis sumber konflik serta memilih strategi pengelolaan konflik yang
sesuai sehingga diperoleh solusi tepat atas konflik tersebut. Dengan pola
pengelolaan konflik yang baik maka akn diperoleh pengalaman dalam menangani
berbagai macam konflik yang akan selalu terus terjadi dalam organisasi.
Daftar Pustaka
http://elqorni.wordpress.com/2010/10/13/manajemen-konflik-dalam-organisasi/
Altman,
Steven, Enzo Valenzi, dan Richard M. Hodgets, Organizational Behavior: Theory
and Practice, Florida: Academic Press Inc., 1985.
Blanchard,
Ken, dan Paul Hersey, Manajemen Perilaku Organisasi; Pendayagunaan Sumber Daya
Manusia, Jakarta: Erlangga, 1986.
Brown,
L. Dave, Managing Conflict Among Groups, dalam Organizational Psychology,
Herbert A. Simon (ed.), New Jersey: Prentice Hall Inc., 1984.
Filley,
Allan C., Robert J. House, dan Steven Kerr, Managerial Process and
Organizational Behavior, Illinois: Scot, Foresman and Company, 1976.
Hardjana,
Agus M., Konflik di Tempat Kerja, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Kossen,
Stan, Aspek Manusiawi dalam Organisasi, Jakarta: Erlangga, 1993
Kreitner,
Robert, dan Angelo Kinicki, Organizational Behavior, New York: The McGraw-Hill
Companies Inc., 2004.
McShane,
Steven L., dan Mary Ann Von Glinow, Organizational Behaviour: Emerging
Realities for The Workplace Revolution, New York: The McGraw-Hill Companies
Inc., 2005
Pareek,
Udai, Perilaku Organisasi; Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antar
Pribadi dan Motivasi Kerja, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Persindo, 1996, cet.
III.
Riyanto,
Theo, Martinus Th., Kelompok Kerja yang Efektif, Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Robbins,
Stephen P., Teori Organisasi; Struktur, Desain dan Aplikasi, Jakarta: Arcan,
1994.
Siagian,
Sondang P., Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet. IV.
Stoner,
James A.F., Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1986.
Winardi
J., Manajemen Perubahan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, cet. II.
Manajemen
Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004, Cet. II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar